Connect the Dots





Almarhum Steve Jobs sempat mengatakan waktu memberi khotbah di Kampus Stanford tahun 2005: "Again, you can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backward. So you have to kepercayaan that the dots will somehow connect in your future." Yang di katakan Steve Jobs betul, at least berlaku buat saya.
Saya masuk SMA tahun 2002. Benar-benar gampang, tidak seperti saat ini, dimana orangtua sangat terpaksa repot serta 'ikut campur' supaya anaknya dapat masuk sekolah.

Di SMA, saya cukup popuper, tiap tahun jadi ketua kelas, serta jadi 'pejabat' OSIS. Tetapi satu hal yang menjadi pemikiran saya, apa saya dapat kuliah? Mengingat situasi ekonomi keluarga saya waktu itu. Tetapi tekat saya kuat, saya harus kuliah. Bagaimana juga triknya.

Naik kelas 3, saya pernah pilih IPS. Arah saya satu, ingin masuk STAN. Tetapi, sangat terpaksa masuk IPA sebab nilai saya di bagian itu bertambah menguasai. Sebab kekurangan info (saya belum pahami internet), saya tidak jadi tes STAN. Saya mendaftarkan Kampus Sriwijaya lewat jalan PMDK. Saya pilih Jurusan Kedokteran untuk pilihan pertama, serta Jurusan Manajemen untuk pilihan ke-2.

Di saat yang hampir bertepatan, saya diserahkan sekolah untuk ikuti seleksi ITB jalan Kerja sama Nusantara (KN). Keseluruhan ada 42 siswa dari 14 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Selatan yang ikuti seleksi itu.

Alhamdulillah, saya satu dari 14 siswa yang lulus. Disamping itu, saya diterima di Jurusan Manajemen Kampus Sriwijaya. Saya putuskan untuk pilih ITB.

Saya lupa tanggalnya, awal Juni 2005 sebelum informasi kelulusan SMA, kami ke 14 siswa yang lulus seleksi pergi ke Bandung memakai bis. Buat saya, ini ialah pertama-tama menginjakkan kaki di tanah Jawa. Naik kapal laut untuk pertama-tama, 'plangak plongok' lihat gedung tinggi Jakarta, serta pada akhirnya sampai di kota kembang, Bandung.

Kami, semua siswa dari semua Indonesia yang lulus program KN ini diwajibkan ikuti program matrikulasi dari ITB (Bridging Program). Sesudah ikuti program ini, baru kami tentukan program studi (prodi) yang ingin di pilih.

Saya cuma ingin pilih prodi yang tidak ada fisikanya, pilihan pertama Tehnik Sipil serta pilihan ke-2 Tehnik Kelautan. Saya diterima di Tehnik Sipil, yang terakhir baru saya ketahui, beberapa mata kuliah terkait dengan 'Fisika'.

Tahun 2008, ITB tawarkan program 'Fast Trek' di sejumlah prodi, termasuk juga prodi Tehnik Sipil. Program ini meluluskan mahasiswa tingkat 4 untuk ambil mata kuliah S2, serta bisa meneruskan studi S2 cukup dengan meningkatkan satu tahun, hingga S1 serta S2 dapat dituntaskan dalam periode waktu 5 tahun.

Arah dari program ini untuk tingkatkan kualitas input saat sarjana ITB, terutamanya program magister. Saya juga turut mendaftarkan. Sayangnya, sebab saya kuliah sekalian kerja, kelulusan S2 saya molor 1/2 tahun dari yang diinginkan. Lulus S2, saya melamar di sejumlah perusahaan besar serta semua tidak berhasil sebab psikotest (entahlah apa yang keliru?!).


 

Postingan populer dari blog ini

Yet the literary works is actually limited when it pertains to the lasting results of such transfers.

Six Israeli security personnel injured in shooting near Jerusalem